Ayah
Matahari bersinar terang dari ufuk timur.
Memancarkan sinarnya setiap hari hanya untuk kehidupan.
Dan ia tak pernah mengeluh akan hal itu.
Aku tersadar seperti matahari yang bersinar.
Seorang ayah beranjak dari tidurnya hanya untuk menghidupiku dan keluargaku.
Berangkat menuju medan pertempuran.
Apakah kau pernah berpikir betapa kerasnya mereka berjuang?
Teriknya matahari
Sekujur tubuhnya hanya ada keringat bertetesan.
Kita hanya bisa meminta,meminta, meminta tapi untuk hal yang tak guna.
Namun, ayah berjuang mati-matian hanya demi sesuap nasi, dan kita hanya bisa apa?
Kita mungkin takkan pernah tahu betapa kerasnya mereka berjuang, dan mungkin takkan pernah mengerti.
Tapi ketahuilah sekalipun kau tak pernah bisa membalas kebaikan orangtuamu.
Balaslah dengan doa doa, yang mungkin doamu adalah karunia terbaik darimu untuk orangtuamu.
Puisiku
Selasa, 15 Agustus 2017
Kamis, 13 Oktober 2016
Kamis, 15 September 2016
Di bawah langit
Bulan purnama bersinar terang.
Bintang-bintang di sampingnya juga ikut menghiasi di langit waktu itu.
Aku yang berdiri di bawah langit nan indah.
Berbicara seorang diri
Aku bertanya-tanya sendiri kala itu.
Mengapa hidup diciptakan ?
Kalau nantinya harus ditinggalkan dengan kematian.
Hanya terselubungi sebuah kain berwarna putih.
Bulan purnama bersinar terang.
Bintang-bintang di sampingnya juga ikut menghiasi di langit waktu itu.
Aku yang berdiri di bawah langit nan indah.
Berbicara seorang diri
Aku bertanya-tanya sendiri kala itu.
Mengapa hidup diciptakan ?
Kalau nantinya harus ditinggalkan dengan kematian.
Hanya terselubungi sebuah kain berwarna putih.
Langganan:
Komentar (Atom)